ISLAMPERS.COM, CIANJUR – Namanya Djaenudin, Banser yang sudah puluhan tahun mengabdi di Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Kabupaten Cianjur. Ia mendedikasikan dirinya sebagai anggota Banser NU sejak tahun 1990, pada era Orde Baru.
Abah Djaenudin, begitu ia dikenal oleh keluarga, kerabat dan orang banyak. Dia lahir di Cianjur, 29 April 1966 yang beralamat di Kampung Ciketug RT 01/RW 05, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas. Sekitar 20 kilometer dari pusat kota Cianjur, arah Puncak, Bogor.
Abah yang ahli pencak silat ini kesehariannya adalah pekerja lepas alias buruh serabutan. Kadang kerja di sawah memanen padi “ngabuat”, ke ladang membersihkan rumput “ngored” atau kuli panggul pada orang lain. Semua ia jalani dengan rasa syukur dan penuh tanggung jawab.
“Abah sudah puluhan tahun jadi Banser dari tingkat bawah hingga Satkorcab. Alhamdulillah hingga kini sehat walafiat dan serasa mendapat keberkahan,” ujar Abah Djaenudin.
Lanjut Abah Djaneudin mengemukakan, semua keluarga besarnya adalah anggota Banser. Kakeknya, Haji Mansur adalah Banser. Begitu juga ayahnya, Kani, hingga anaknya Adnan dan Rian, semua tercatat sebagai anggota Banser.
Ada cerita unik saat dirinya ditanya oleh petugas catatan sipil untuk membuat KTP tahun 1990-an. Saking pengennya jadi Banser, kartu tanda penduduk miliknya pun ia isi pekerjaannya adalah “Banser”.
Kini di usianya yang sudah tidak muda lagi, Abah Djaenudin selalu berpesan pada anak-cucunya untuk selalu ikhlas mengabdi pada Nahdlatul Ulama (NU), agama dan bangsa. Keikhlasan akan membawa keberkahan dan keselamatan dunia dan akhirat. (Wandi Ruswannur)